Kamis, 14 Juli 2011

SEJARAH PERJUANGAN TGH MAHSUN MASBAGIK DI LOMBOK

PERJUANGAN TGH MAHSUN (MASBAGIK)
DALAM MENEGAKKAN AJARAN AGAMA ISLAM

1. Kepribadian TGH Mahsun
TGH Mahsun memiliki nama kecil Ahmad dilahirkan pada tahun 1907 Masehi tepatnya di Desa Danger, Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur. Ahmad dilahirkan dari pasangan Haji Mukhtar dan Hajjah Raodah. Haji Mukhtar sendiri pernah kawin sampai 4 (empat) kali. Adapun istri-istri dan putra-putri Haji Mukhtar sebagai berikut :
a. Pernikahan dengan Inaq Tanah mempunyai anak Maenah
b. Pernikahannya dengan Hajjah Raodah mempunyai anak bernama Ahmad (TGH Mahsun)
c. Pernikahan dengan Inaq Husni mempunyai anak bernama Nikmah
d. Pernikahan dengan Inaq Anwar mempunyai anak antara lain Haji Akil Mukhtar, Kamaruddin, Nikmah, dan Huzaenah
Karakter dari orang tua Ahmad adalah sosok yang tekun, rajin, selalu memuliakan para ulama, orang-orang shaleh dan penuh perhatian terhadap keluarga. Kelahiran putera (Ahmad) sangat menggembirakan hati dan beliau berharap kelak Ahmad akan tumbuh menjadi seorang yang dapat memberikan pengajian kepada masyarakat. Obsesi Haji Mukhtar untuk menjadikan Ahmad sebagai putra yang dapat mengembangkan ajaran Islam dan membangun kehidupan sosial ekonomi masyarakat, sangatlah beralasan karena situasi dan kondisi pada waktu itu, amat sangat membutuhkan figur kharismatik.
Sejak masih kecil, Ahmad telah memperlihatkan sifat-sifat kepemimpinan ; rajin, tekun, sabar, pemberani dan pemurah, maka tidaklah mengherankan ketika masih kecil Ahmad memiliki teman-teman yang banyak. Hidup dalam belaian kasih sayang orang tua dan ekonomi yang berkecukupan tidaklah menjadikannya sebagai seorang yang angkuh dan sombong. Bahkan dalam lingkungan keluarga Haji Mukhtar memberikan pendidikan dasar-dasar agama Islam. Dan sebagai wujud perhatiannya kepada para ulama, orang-orang shaleh beliau menyerahkan Ahmad kepada guru ngaji di kampong
2. Pengembaraan TGH Mahsun dalam Menuntut Ilmu
Setelah menempuh pendidikan non formal yaitu belajar membaca Al Qur’an, ia memasuki lembaga pendidikan formal. Pada usia 8 tahun, Ahmad masuk pada Sekolah Rakyat. Guru-guru sangat senang dengan sifat dan sikap pribadi Ahmad. Waktunya dihabiskan untuk belajar. Berkat ketekunan, kedisiplinan dan kecerdasannya Ahmad menyelesaikan pendidikan di Sekolah Rakyat. Harapan untuk peningkatan perkembangan pendidikan Ahmad, orang tuanya kemudian melanjutkan sekolahnya ke Madrasah Ibtidaiyah. Di Madrasah Ibtidaiyah, Ahmad sangat menyenangkan hati para gurunya (ustadz) karena sopan santun dan budi pekerti yang baik, serta rajin dalam mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan.
Motivasi Ahmad untuk terus mendapatkan pendidikan semakin meningkat, setelah menyelesaikan pendidikan di Ibtida’yah beliaupun kemudian berangkat untuk melanjutkan pendidikannya di Bengkel Lombok Barat. Beliau diajar oleh seorang tokoh dan ulama besar TGH Muhammad Shaleh Hambali yang sudah sangat terkenal pada masa itu. Ahmad belajar ilmu-ilmu Tauhid, Usul Fiqh, dan lain-lain. Dalam belajar di Bengkel beliau terus mengkaji masalah-masalah agama, jika tidak diketahui, beliaupun segera mempertanyakan tanpa harus malu, maka tidaklah mengherankan kalau kemudian beliau mendapatkan pengakuan sebagai murid yang terbaik. Oleh karena itu, TGH Muhammad Shaleh Hambali pernah berpesan “cukuplah yang menjadi wakil saya di Lombok Timur TGH Mahsun (Ahmad), jika ada masalah bertanyalah padanya (TGH Mahsun)”.
Selain itu beliaupun (TGH Mahsun) banyak belajar pada Tuan Guru Badarul Islam Pancor. Untuk memperdalam ilmunya iapun berangkat ke Makkah Al Mukarromah pada tahun 1936 M dan kembali ke Tanah Air pada tahun 1940 M. Selama beliau di Mekah beliau terus berguru dan belajar pada ulama-ulama terkenal dan Imam Masjidil Haram. Selama 4 tahun di Makkah, banyak ilmu-ilmu agama yang diperoleh. Pengembaraannya di Makkah menjadi bekalnya untuk memberikan dakwah pengajian di masyarakat.
3. Kiprah dan Perkawinan TGH Mahsun
Sepulang dari Makkah ia memberikan pengajian dengan sistem Khalaqoh. Keberhasilannya dalam memberikan dakwah Islamiyah di Lombok, sangatlah mencengangkan karena dalam waktu singkat berbagai dakwah dilakukan di berbagai tempat di pulau Lombok, seperti Masbagik (kecamatan tempat lahirnya), Banok, Sukaria, Suela, Sembalun, dan Bayan (Lombok Barat). Untuk melaksanakan dakwahnya tidak jarang dilakukan dengan menunggang kuda seperti ke Sembalun. Keberhasilan ini ditunjang oleh strategi dan prinsip pendekatan yang dipergunakan dalam menyampaikan dakwah, antara lain (1) menyenangkan para jama’ah bukan kemudian menakut-nakuti dan tidak mempersulit (2) setelah selesai memberikan materi biasa dilanjutkan dengan materi tanya jawab sesuai dengan kebutuhan para jama’ah, (3) setiap jama’ah yang datang berkunjung ke rumahnya, selalu dterima dengan sikap dan etika ketimuran (4) tidak pernah menuntut imbalan dalam setiap dakwahnya sehingga tidak merepotkan para jama’ah, (5) memperhatikan pentahapan materi dakwah dan memperhatikan volume jama’ah yang menghadiri pengajian, (6) terbuka dan transparan, apabila tidak diketahui suatu hukum beliau tidak menyampaikannya atau dan meskipun ia mengetahui hukum yang ditanyakan oleh para jama’ah dengan rela dan rendah hati kemudian menyerahkannya kepada muridnya sebagai tanda penghargaan, (7) memilih kata yang tepat dalam berdakwah, beliau sangat memperhatikan tingkat kejenuhan para jama’ah sehingga disela-sela pengajian ia memberikan humor yang agamais.
TGH Mahsun selama menjalankan dakwah Islamiyahnya didampingi oleh istri-istrinya tercinta. Beliau pernah menikah sampai 9 (sembilan) kali dan memiliki banyak keturunan. Adapun istri-istri dan putra-putri beliau dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Pernikahannya dengan Inaq Badri alias Kalsum, alias Hajjah Raodah mempunyai putra-putri antara lain : (1) TGH Marzuki Mahsun, (2) Abdul Hanan (Bapak Uhip), (3) Zohrah (Inaq Qazuini), (4) Joharah (Inaq Iftihar), (5) Muslihun (Inaq Nurul Azmi), (6) Mulkiah, (7) Faizah, (8) Asnawi.
b. Pernikahannya dengan Inaq Syaraf (Inaq Eseq) mempunyai anak : (1) Bapak Zaki, (2) Haji Nasrin Mukhtar
c. Pernikahannya dengan Hajjah Selamah dari Dasan Ma’alan tidak memiliki keturunan
d. Pernikahannya dengan Inaq Muslihin mempunyai anak bernama Muslihin (almarhumah)
e. Pernikahannya dengan Hajjah Rahmah tidak memiliki keturunan
f. Pernikahannya dengan Inaq Ridwan (Kalsum) memiliki putra-putri antara lain : (1) Haji Ahmad Wildan Mahsun (almarhum), (2) Ahmad Rifa’i (almarhum), (3) Hamdiah, (4) Hajjah Faoziah
g. Pernikahannya dengan Hajjah Wardiah mempunyai putra-putri antara lain : (1) Ihsan (almarhum, (2) Muhammad Lutfi, (3) Haji Wahibullah SIP, (4) Haji Miftahul Hadi, SH, (5) Muhimmah, (6) Ahmad Nizam
h. Pernikahannya dengan Hajjah Mahmudah mempunyai putra-putri antara lain : (1) Muzmah, (2) Zulfaiyah, (3) Nahdiyah, (4) Hauliyah
i. Pernikahannya dengan Hajjah Nur Asmah (Pontianak) mempunyai putra-putri antara lain : (1) Hajjah Nurjannah, (2) Hajjah Nurhasanah, (3) Muhammad Farhi, (4) Solehah, S.Pd., (5) Dra Zakiah, (6) Huliyah, (7) Narjus Safa’ah, (8) Daman Huri, (9) Nurul Hawalis (almarhum)
4. Karya dan Peninggalan TGH Mahsun
Gerakan-gerakan TGH Mahsun dalam mengembangkan dan memberikan pelajaran Agama Islam bukan hanya kepada orang tua. Beliaupun bergabung dalam Organisasi Nahdlatul Ulama dan pada tahun 1936 Masehi mendirikan Lembaga Pendidikan Diniyah. Lembaga pendidikan tersebut didirikan bersama tokoh-tokoh seperti TGH Muhammad Zen (Bangket Kebon atau Kebun Lauq), TGH Hasbullah Polak Penyayang, TGH Achsit Muzahar Bila Sundung, TGH Abdul Hakim, TGH Muhammad. Perkembangan selanjutnya beliau mendirikan Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) yang kemudian dilebur menjadi Madrasah Wajib Belajar (MWB). Pada tahun 1968 keluar dari Organisasi Nahdlatul Ulama membentuk organisasi yang berdiri sendiri yang diberi nama Organisasi Rabhitah. Selanjutnya dalam organisasi tersebut membentuk wadah Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ummah (Yadinu). Yang kemudian Madrasah Ibtidaiyah Yadinu (sekarang menjadi Madrasah Ibtidaiyah Yadinu di Masbagik Selatan). Alhamdulillah berkat jasa-jasanya, sampai saat ini berkembang lembaga-lembaga pendidikan dalam wadah Organisasi Yadinu dan Al Ijtihad.
TGH Mahsun tidak hanya bergerak dalam bidang pendidikan, beliaupun juga terjun menumpas para penjajah bangsa. TGH Mahsun adalah tokoh pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam Pasukan Banteng Hitam. Beliau memimpin Masbagik saat penyerangan Belanda di Kota Selong, bergabung dengan pasukan dari Lendang Nangka (H. Jumhur Hakim) dan Pasukan dari Pringgasela (TGH Muhammad). Pada saat penyerangan tersebut, gugurlah pahlawan-pahlawan yang sangat kita banggakan antara lain ; TGH Muhammad, Sayid Saleh (Pringgasela), TGH Faesal saudara dari TGH Zaenuddin Abdul Majid (Pancor).
Sumber : Ustad H. Anwar Muchtar, Nara Sumber Sejarah Perjuangan TGH Mahsun Masbagik ditulis oleh H. Sudirman, S.Pd.